Translate

Friday, January 30, 2015

Cinta Kerja Harmoni

 


Saat lelah, tanpa arah
Kembalilah, Jangan pernah menyerah
Tetap tegar, janganlah pudar
Asa harus dikejar, biarkan dia berpijar

Meraih semua mimpi
Cinta, kerja, harmoni
Tetap tegar berdiri
Bangkitlah dan berlari

Jika ada cahaya sambutlah dengan cinta
Hapus jejak derita tetap keras bekerja
Sampai mentari pagi menemukan harmoni

Thursday, January 29, 2015

Man Jadda Wa Jada ^0^9

Saat kita telah mengusahakan yang terbaik dari diri kita, seringkali rasa khawatir menghantui kita. Apakah akan bisa memperoleh hasil terbaik ? Man Jadda Wa Jada, meeeen..
Barangsiapa bersungguh-sungguh niscaya akan berhasil..

Bahasan ini cocok banget nih. Apalagi buat kamu yang lagi galau mantengin SIAKAD buat nunggu nilai A nonggol di kolom dari DHS mu.. haha
Atau buat yang lagi galau nungguin sms adek-adeknya buat daftar oprec KMM (ini sih gue :D) hehe..
Don’t be worry guys.. sungguh takdir Allah lebih indah, paling indah.. bagi hamba-Nya yang sudah berusaha dan menyerahkan hasilnya kepada-Nya saja :)

Tangan Allah berkerja pada waktu dan cara yang jauh dari perkiraan manusia. Dia menuliskan skenario dari pemainnya sesuai dengan kehendakNya. Manusia terkadang terlalu sibuk mengkhawatirkan hasilnya, sehingga seringkali terlupa bahwa hasil yang baik tentu berasal dari proses yang baik pula. Segala cara dilakukan demi hasil terbaik. Lebih mengedepankan pandangan manusia terhadapnya, dan terlupa bahwa penghargaan Allah, pandangan Allah terhadap diri kita lebih mahal harganya.
Ah manusia.. na’udzubillahi min dzalik ya..

Memang terkadang apa yang telah kita usahakan yang menurut kita sudah maksimal dilakukan justru hasilnya tidak sesuai dengan harapan. Udah mati-matian belajar, semalem habis 3 gelas kopi sampe ngga tidur segala.. eh, ulangan nilainya tetep pas-pasan. Nah, disanalah niat awal kita diuji. Sudahkah meniatkannya untuk Allah saja ? kalau sudah kenapa harus risau dengan hasilnya ? Bukankah itu hasil terbaik yang Allah ridhai ? hayo.. diluruskan lagi niatnya..

Pergeseran tanah, pergantian siang dan malam, turunnya air hujan meski mendung tak tampak. Ya semua itu berjalan sesuai dengan kehendak-Nya. Padahal menurut versi manusia kalo begini ya seharusnya begitu. Itu sih dikamus kita, kalo Allah mau apa aja bisa kejadian. Karena sifatnya akal manusia itu terbatas, dan ilmu Allah tiada batasnya. Ngga semua yang terjadi di dunia ini pantas kita pertanyakan. Ada hal yang cukup kita tahu saja. Terkadang banyak ingin tahu juga ndak baik dalam konteks ini. Ingat, akal kita terbatas, sedangkan ilmu Allah tiada batasnya.

Buat kamu-kamu (aku juga sih.. hehe) yang masih galau sama nilai yang bakal keluar di kolom DHS-mu. Atau buat saya yang masih setia menanti sms adek-adeknya buat daftar oprec.. Yuks.. menenangkan diri kita. Luruskan niat selagi kita masih berkesempatan meluruskannya. Kita pasrahkan hasilnya sama Dia. Dia, iya Dia :3

Yang terpenting adalah proses yang baik. Entah nanti hasilnya memuaskan atau sangat memuaskan yang penting kita udah usaha dengan usaha terbaik kita. Mencobalah untuk tidak peduli dengan pandangan dan penilaian manusia. Karena kita sama-sama manusia, sama-sama sedang berproses menuju kesempurnaan. Nah Hakim teradil kan hanya Allah saja.. karena perhitungannya tak pernah salah barang seberat biji zarrah sekalipun..
Ingat, usaha yang baik saat ini akan banyak berpengaruh terhadap masa depan yang Allah lukiskan untuk kita. Takdir kita juga bergantung dengan usaha kita saat ini. Ada hal-hal yang sudah menjadi ketetapan-Nya yang tidak bisa diubah atau diganggu gugat oleh siapapun, misalnya kapan, dimana dan dengan cara apa kita mati, siapa orang tua kita saat kita lahir, dan lain sebagainya. Tapi ada juga hal-hal yang sifatnya Allah sudah tetapkan tapi bisa berubah sesuai dengan usaha si manusia. Misalnya, kesuksesan kita di masa depan bergantung dengan usaha kita dan lain seterusnya.

Intinya mah, niatkan untuk Allah.. lakukan karena Allah.. dan pasrahkan kepada Allah :)
Man jadda wa jada, barang siapa bersungguh-sungguh niscaya akan berhasil..
Believe it, as simple as that guys ;)
Semangat menjemput barokah hari ini ^^9


Tuesday, January 27, 2015

Nice post ;)

Oleh : Febrianti Almeera

SALAH satu ujian iman tertinggi adalah ketika diri tak menyadari posisi tertinggi hati, tak lagi Allah yang menghuni.Terkelabui oleh cinta yang katanya sejati, padahal hakikat kehadirannya hanya untuk menguji.
Bersibuk memantaskan diri karena jodoh, bukan lagi karena Allah.

Terbakar semangat menikah, tanpa menyadari niat berbelok, tak lagi untuk ibadah. Mulai gelisah menapaki pencarian, mengabaikan penguatan ketaatan dalam kesendirian.

Padahal ketahuilah, episode ‘sendiri’ itu Allah berikan sebagai sebuah kesempatan untuk mengeksplorasi kehidupan. Episode ‘sendiri’ juga merupakan kesempatan untuk memupuk ketaatan, sebagai bekal persiapan pulang. Ia bukanlah sebuah kutukan, sehingga dianggap pantas sebagai cibiran. Bukan.

Tenang saja, kalem, santai, semua sudah diatur. Diatur dengan sebaik-baiknya, dengan setepat-tepatnya.

Tak perlu gelisah, khawatir jadi salah arah. Tak perlu buru-buru, khawatir jalan tempuhnya keliru.
Jangan terbawa arus, meski di luar sana banyak sekali ‘kompor’ yang nyaris membuat hangus. Santai saja. Lagipula mereka di luar sana belum tentu ikut bertanggungjawab apabila diri salah niat. Kuatkan hati, sambil berbenah diri.

Tapi hati-hati. Jangan bersibuk memantaskan diri karena jodoh, bukan lagi karena Allah.

Sebab jika tujuannya demikian, sesungguhnya tanpa sadar kita telah membatasi karunia Allah. Jika Allah ridho, karunia yang diberikan-Nya bisa jauh lebih luas dari itu. Berbenahlah dengan ikhlas, demi menggapai kemuliaan dan kehidupan terbaik, dunia serta akhirat.

Ingatlah, kita akan diuji oleh sesuatu yang benar-benar kita cintai. Bisa jadi sebab Allah cemburu, hamba yang pada mulanya begitu mencintai-Nya, sedang lupa dan lalai tanpa sadar.

Maka doaku, doamu, dan doa siapapun yang setuju
Berharap diri tak keliru menyandarkan harapan, pada yang tak seharusnya.
Berharap hati tak dilabuhkan, pada tempat yang tak semestinya.
Berharap Allah menggenggam segala rasa, yang tak perlu tercurah, bila belum saatnya.

Andai pun kelak dipertemukan, berharap kecintaan kepadanya, tak lebih tinggi dari kecintaan kepada-Nya. Sebab jika Allah tidak ridho, tentu tak sulit bagi-Nya mengambil kembali, apapun yang kita rasa sudah dimiliki. 

Maka, undang keridhoan-Nya, dengan tetap menempatkan Illahi Rabbi di posisi tertinggi hati. []


#justshare
speechless :')

Menolak amanah, bolehkah ?

Siklus hidup manusia, saat satu mati akan tumbuh seribu. Saat satu amanah terlewati pasti akan ada amanah yang lainnya. Dari amanah pertama kita akan ada banyak pihak yang menilai dan menjadikannya sebagai tolak ukur untuk memberikan amanah yang lainnya, amanah yang berikutnya, dan amanah yang seterusnya. Tanpa ada tawar menawar, pun diskusi atau musyawarah. Amanah itu datang secara tiba-tiba, tak ada waktu untuk berfikir menolaknya. Karena amanah itu ujian dan ujian pula yang akan mengukur batas kemampuan kita. Kalau sudah di ujung batasnya, lantas apa ? jelas kita tak bisa menyerah, karena amanah itu bukan lagi urusan kita dengan dia, atau urusan kita dengan mereka. Namun urusan kita dengan-Nya. Dengan Allah !

Masih segar dalam ingatan saat dulu pertama kali menginjak yang namanya dunia perkuliahan. Sama sekali merasa tak ada satu orangpun yang berusaha menarik ke dunia yang sekarang banyak ulya geluti ini. Tapi amat sangat bersyukur karena justru Allah-lah yang secara langsung memberi hidayah untuk menuju jalan ini. Ya, pada awal perkuliahan belum merasakan yang namanya ‘amanah tak pernah salah memilih pundak’. Itulah siklus hidup manusia. Terkadang kita perlu mencari dengan tekad kita sendiri, sehingga saat kita mendapatkannya kita bisa jauh lebih bisa menghargai apa yang kita punya.

Bisa dibilang, hidup ulya sudah kelewat enak. Kok gitu ? kaya sombong banget ya. Engga, bukan bermaksud sombong, tapi memang merasa kalau ulya sudah terlalu beruntung. Tapi bersama kesulitan ada kemudahan, pun sebaliknya. Keduanya perlu erat melekat agar hidup manusia mampu berjalan seimbang seperti seharusnya. Iya, terlalu enak. Ulya ada dalam keluarga yang ‘settle’ dari segi pendidikan islami nya, dimana kedua orang tua juga sangat baik pemahamannya dalam islam. Sejak TK sudah disekolahkan dalam pendidikan formal yang kental dalam hal pendidikan islaminya. Pun sampai tingkat menengah atas juga ngga jauh beda. Sekolah Islam Terpadu dari SD sampai SMA. Gimana ngga enak tuh.. malu rasanya saat sudah ada sekian banyak ilmu agama yang dipunyai, dan ternyata begitu ke dunia perkuliahan baru menyadari bahwa ilmu itu belum seberapa. Dari yang belum seberapa itu belum banyak memberi manfaat, baik buat diri sendiri apalagi orang lain.

bersama so sweet :)
Selangkah demi selangkah sudah dilalui. Setelah Allah membukakan jalan ini semakin bahagia rasanya. Karena merasa menjadi orang yang beruntung karena berada dalam barisan ini. Pada kenyataannya ngga bayak orang yang terdidik dengan baik dari segi pendidikan islaminya bisa selamat sentosa samapai ke jalan ini. Itulah kenapa ulya secara pribadi harus selalu bersyukur. Karena belum tentu bisa kuat jika bukan dalam barisan. Setelah itu, amanah datang dan melatih kapasitas diri. Amanah satu selesai, dilanjut amanah kedua, dan seterusnya. Amanah yang sebenarnya juga sebuah kewajiban dalam hal berdakwah. Semakin dirasa, ada pahitnya adapula manisnya. Tapi jalan kebenaran tak selamanya indah kan ? ada ujian yang datang menghadang, ada perangkap menunggu mangsa.

Istilah, ‘amanah tak pernah salah memilih pundak’ terkadang menguatkan namun ada kalanya juga membuat kita menjadi galau. Ya, karena saat kita telah menerima suatu amanah dengan berpegang pada istilah ‘amanah tak pernah salah memililih pundak’, tiba-tiba datang amanah lain yang kita tolak. Jadi, masihkah benar istilah ‘amanah tak pernah salah memilih pundak’ ? Rasanya ngga enak ya nolak amanah itu. Sebenarnya ngga masalah sih mau nolak apa engga, karena kan yang tau batas kemampuan kita ya diri kita sendiri. Nah, trus gimana kalau orang itu belum benar-benar memahami batas kemampuan dirinya ? belum tau sebenarnya dia bisa apa engga. ‘Yaudah dicoba aja dulu, kan ga ada salahnya mencoba..’ tapi pantaskah amanah itu dicoba-coba ? sedangkan itu menjadi pertanggung jawaban kita kelak dihadapan-Nya.

Ciye, galau nih.. mau nolak salah, nerima juga belum tentu bener.

Intinya sih, tanyakan sama MR. Minta pertimbangan orang lain kalo perlu banyak orang, yang kita rasa sudah mengenal diri kita dengan baik. Terkadang mereka justru lebih mampu melihat potensi diri kita yang masih tersembunyi. Kalo udah dapet jawaban, pikirkan lagi matang-matang. Kalau perlu istikharah.. karena memang benar kalau ‘amanah tak pernah salah memilih pundak’. Laa yukallifullaha nafsan illa wush ‘aha, Allah tidak membebankan kepada seseorang melebihi batas kemampuannya. Saat kita rasa amanah itu melebihi batas kemampuan kita, itu belum mencapai batas kemampuan kita yang sesungguhnya. Yang lebih tau ya Allah saja. Jadi jangan merasa diri tidak mampu, jangan merasa inilah batas kemampuan kita. Justru dengan amanah lah kita diukur, seberapa besar usaha kita untuk mencapai batas maksimal kita. Apa yang kita fikirkan, apa yang kita prasangka-kan, itulah hasilnya. Itulah jawabannya. Jadi jangan salahkan kepada siapa-siapa jika amanah itu tak berjalan dengan mulus, amanah itu tak terpegang dengan baik. Karena jelas sudah siapa yang menjadi pemegang tanggung jawab terbesar dari sebuah amanah. Ya, diri kita sendiri.

Itulah salah satu alasan, mengapa manusia tergolong sebagai makhluk sosial dimana tidak bisa hidup sendiri dan membutuhkan orang lain untuk menjalani hidupnya. Bisa mbayangin kalo kita hidup sendiri tanpa ada orang lain ? kalo ulya, engga.. :)

Yogyakarta, 27 januari 2015
@my lovely bedroom

Friday, January 9, 2015

#lesson2


Allah ingin kita mampu..

Dengan ujian kehidupan yang awalnya dirasa tak mungkin bisa terselesaikan. Disaat segala kemungkinan baik tak mungkin terjadi. Tapi.. lupakah kita bahwa Dia senantiasa ada. Selalu ada.
Justru dengan ujian Allah menghitung kadar keimanan kita, dengan ujian pula Allah naikkan level dan kelas kita. Tapi hanya bagi mereka yang benar-benar bisa tetap tegak berdiri dan mau tetap bertahan saat angin kencang menghadang..

Hadapilah dengan keikhlasan hati. Dan biarlah tangan Allah yang bekerja..

Saat kau terpuruk dan terjatuh kau rasa dirimu dalam kesendirian. Padahal tidak..
Sama sekali tidak..

Kenikmatan yang diberinya sungguh tak bisa kita hitung. Ada banyak pelajaran dalam kehidupan, jika saja mata mau membuka dan sadari semua itu. 

Dari kesekian kenikmatan yang tak habis dihitung..
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan ?

#nightreflection
#lesson2

Sunday, January 4, 2015

Jangan jadi Penulis 'Instant' :D

Baru pertama kalinya ikut diskusi via chatting grup.
Alhamdulillah banyak ilmu dan pembelajaran yang bisa diambil..
Sebelum diskusi dimulai, mimin yang baik hatinya juga share link buat pemanasannya. ini nih link nya kalo mau baca :
https://www.facebook.com/notes/1419728388318115/

Zaman sekarang mah susah buat jadi seorang penulis. Penulis yang bener bener penulis. kok gitu ?
Jawabannya karena godaan untuk menjadi seorang penulis yang bener-bener penulis di zaman ini banyak. Antara lain, dengan menyampaikan ide yang ada dipikiran kita hanya perlu mengetik sepatah dua patah kata ato deretan kata-kata trus posting di sosial media. Kita merasa puas tatkala banyak yang nge-like tulisan kita. Atau banyak yang mengunjungi blog kita. Begitu seterusnya. Ya semoga yang ngelike memang karena tulisan kita bagus. Tapi pada kenyataannya, tuisan yang kurang berkualitas-pun banyak yang nge-like. Hal itu lantas membuat kita tidak memiliki jiwa berkompetisi. Jiwa Fastabiqul Khairat. Merasa ada cara yang gampang, ngapain milih yang susah..
Nah loh..

Kemajuan zaman saat ini membuat kebanyakan orang (kebanyakan.. ngga semua) terbiasa dengan hal yang serba instan. Termasuk dalam hal surat menyurat, menyampaikan kabar, dll melalui sosial media dan sejenisnya. Terkadang juga membuat kita terlupa bahwa untuk menjadi seroang penulis yang sesungguhnya butuh melalui proses yang panjang dan berpeluh. Kaya kalo pepatah terkenal bilang, yang banyak mencecap garam kehidupan. Manis, asin, asem semua pernah dirasain (kaya mau masak, eh..) Penulis yang berkualitas itu ngga segampang kita ngetik kalimat panjang atau pendek trus tinggal klik post. Menjadi seorang penulis  butuh mental yang tangguh. Meski ada banyak cara mudah untuk bisa menjadi seorang penulis, dia memilih cara alami buat jadi penulis handal, ya dengan berpeluh. Dengan proses yang berpeluh itu justru harga dari seorang penulis jauh lebih tinggi.

Kita bisa memperoleh tulisan yang berkualitas ya dari penulis yang berkualitas. Ia dikatakan berkualitas (menurutku..) ya karena perjuangannya sampe tulisan dia bisa sukses itu perjuangan yang bukan main. Hasil karyanya dikagumi banyak orang, buku dicetak berkali-kali dan tersebar ke seantero negeri, ya karena jalan yang dilaluinya ngga semudah yang bisa kita bayangin. Harus rela ditolak tulisannya berkali-kali, berjuang menyingkirkan beribu lawan di jalan perjuangan demi tulisannya dimuat media massa, dicaci maki (duh..), sampai dia masih bertahan itu pertanda bahwa memang dialah penulis yang berkualitas. Sekali lagi ya karena memang berkualitas. Berkualitas penulisnya dan tulisannya.

Emang kalo tulisan yang berkualitas itu yang gimana sih ?

Ngga ada parameternya sih sebuah tulisan bisa dikatakan berkualitas atau engga. Karena setiap orang pasti punya punya pola pikirnya sendiri, punya pendapatnya sendiri. Yang bagus menurut kita belum tentu bagus menurut dia, begitupun sebaliknya. Tapi disini kita berhak menyuarakan pendapat kita masing-masing kok.. jadi bersuaralah.. :D

Kalo menurutku tulisan yang berkualitas itu yang bisa memberi motivasi ke orang lain, membuat seseorang mau bergerak mengentas perubahan, menggerakkan hati yang diam, melangkahkan kaki yang semula terhenti. Tulisan yang baik itu yang mudah dicerna, tidak bertele-tele, bisa menarik perhatian kita untuk menyelesaikan apa yang kita sedang baca, menggunakan bahasa yang santun, kalo novel bikin kita pengen segera sampe dihalaman terakhir, alur ceritanya ngga mbosenin, endingnya unpredictable, dan lain sebagainya. Intinya sih banyak pembelajaran yang bisa kita ambil dari tulisan itu. Entah dikemas dalam bentuk cerpen fiksi atau non fiksi, argumen di buletin, atau artikel dan kawan-kawan sejawatnya. Kita bisa mengambil hikmah dan pembelajaran yang ngga biasa dari sana.
Sudah nemu titik terang ? :)
Nah.. sekarang gimana caranya jadi penulis yang berkualitas ? hayo..
to be continued yaa... biar seru :D

The conclusion is : If you want to be the real writers, you need to improve you abillity. How ? You have to through the real ways to be the real writers. keep spirit.. won't give up right ?*^^*

--------How to be the real writers ? To be continued yap.. :D
*Tambahan :
Ya disini kita sama-sama belajar.. Saya juga masih belajar.. Belajar untuk menjadi penulis yang ngga instant. Semoga tulisan ini bisa memberi manfaat ya buat kita semua..
Jadi jangan lupa tinggalin komen ya. Insya Allah untuk introspeksi diri kita masing-masing..
Barakallah..
Sekali lagi semoga bermanfaat :)

#(bukan)GAPURA

Saturday, January 3, 2015

Hidup bersamanya atau didalamnya ? *mimpi

Mimpi..
ah, apalah arti mimpi tanpa ada usaha tuk meraihnya
kuingin hidup bersama mimpi,
berdampingan dengannya, bukan hidup didalamnya..
saat hati ragu terhadapnya, ia datang dan menghampiri
menawarkan diri, tuk saling melengkapi
lantas masihkah kau meragukan mimpi ?

Dulu.. iya dulu sekali.. sekitar 7,5 tahun yang lalu.
usiaku sekitar... sekianlah.. jamannya masih pake seragam putih biru.
Rutinitas di SMP ku dulu, masuk mata pelajaran jam 7 dan selesai jam 3 sore. Yes sekolahku model fullday and boarding school. Nama bekennya, Abu Bakar Junior High School B)
Jam 4 sore dilanjut ekstrakulikuler. Nah, hari favoritku adalah hari selasa dan jum'at. hm.. kenapa ya ?
yep, di kedua hari itu adalah jadwal ekstrakulikuler favoritku, karate :)
Masih terbayang jelas hingga saat ini. Masa-masanya ikutan temen. Masa-masanya ngga berpendirian, asal ngikut arus. Alhamdulillah arus yang paling kenceng di hilir kebaikan..
Dan pada ekskul yang satu inilah aku jatuh cinta tepat pada pandangan pertama..
awalnya sih karna banyak temen yang ikut, tapi seiring berjalannya waktu..
cinta itu menemukan jalan dan caranya sendiri..
secara perlahan dan pasti..
*tsaaaah

Masa SMP buatku adalah masa puncaknya prestasi. Banyak bidang yang aku ikuti dan alhamdulillah bisa berkontribusi maksimal disana. Iya, ini prosesku.. prosesku hingga bisa seperti ini sekarang.. seakarang..
Yang aktif di ekskul karate, ikut lomba sana sini. Baik yang kumite (fighter) atau yang kata (gerakan/jurus karate). Awalnya ragu-ragu dan takut, tapi semakin kesini semakin expert dan ketagihan. Yang aktif di pramuka SIT. Aktif di Tonti SMPIT Abu Bakar, jadi komandan pleton. Ikut gabung tim basket, latihan basket pas jam pelajaran kosong. Wih.. riweuh nya kalo ada jam kosong tu.. dan lain sebagainya.
Masa itu bener-bener masih membekas, ngga bisa dilupain.
alias ga mau ngelupain.. :')

And, give thank's to Allah.. berkat rahmat dan kasih-Nya sehingga Ia izinkan aku memiliki separuh kenangan itu. Disanalah aku berproses. Hingga aku menjadi aku yang sekarang. Setiap potongannya sungguh berharga. Pun itu manis ataukah pahit dirasa. Tapi sungguh tak sedikitpun menyesal karena pernah memilikinya..

Kecintaanku terhadap dunia bela diri yang satu ini tetep awet. Terpupuk dan tersemai dengan baik. Kuncupnya mulai merekah kala itu, dan endingnya kuncup itu semakin merekah dan berbuah kuncup baru. mungil dan siap dipupuki lagi..
Karate bagai nafas kehidupanku dulu.. Mayoritas waktu dihabiskan untuk sekolah dan latihan karate. Apalagi kalo ada event kejuaraan, hampir setiap sore hari latihan.

Dulu tu ya yang ikut ekskul karate bejibun orangnya. Dan ternyata hukum seleksi alam juga berlaku untuk ekskul satu ini. Para pejuang tangguh karateka mulai berguguran di medan tempur. Hingga sampe kelas 11 yang masih bertahan ada 3 srikandi karateka.
Masa SMA masih lanjut karate dong ya. But, satu teman seperjuangan harus terpisah oleh ruang karena dia pas itu udah beda sekolah. Dan ternyata dengan berbedanya tempat kami sekolah memberi efek yang cukup serius salah satunya intensitas latihan yang semakin berkurang. Dan lama kelamaan hilang kabar......
Ngga ada usaha yang sia-sia. Meski beberapa kali belum berhasil juara, tapi alhamdulillah pernah ngerasain pake medali perunggu, perak dan emas. :')
Perjuangannya ga gampang lo.. bahkan untuk bisa di sabuk coklat sekarang ini, perjuangannya ngga main-main. Ujian sabuk coklat aja dihadiahi push up, back up, dll 40 kali. ya itu belum seberapa, semakin tinggi tingkatan sabuknya memang punya tanggung jawab yang lebih besar. Dan alhamdulillah prestasi tertinggi yakni juara **** O2SN tigkat Kota Yogyakarta dan juara **** O2SN tingkat propinsi tahun 2012 :)
prestasi yang membanggakan, terlebih untuk diri sendiri dan orang tua..
tapi.... karena prestasi itulah yang membuatku melayangkan pertanyaan kepada diriku sendiri. "Dulu sampe kaya gitu lo, sekarang apa ?
 apa ?"

Hari berganti hari.. bulan berganti bulan.. dan tahun berganti tahun..
daun kering jatuh berguguran, tunas daun menghijau dan menghijau..
tumbuh menggantikan lahan kosong dibatang pohon..
Tak terasa waktu tlah habis memakan segalanya..
Dan pada akhirnya waktulah yang menjawab semuanya, dan yang benar-benar ia tinggalkan kini hanyalah kenangan saja..
Maaf sensei kami belum bisa berbuat banyak untuk saat ini.
Ilmu yang kami punya belum bisa kami bagi, seperti seharusnya.
Ikut membersamai adik-adik berlatih, seperti seharusnya.
Latihan pusat setiap rabu malam, seperti seharusnya.
Dan yang pasti, tetap berjuang untuk naik sabuk dan menurunkan kyu, seperti seharusnya.
Tapi kami belum bisa menjadi seperti seharusnya,
maafkan sensei..
Ilmu juga amanah kan ? amanah yang suatu saat nanti akan dimintai pertanggungjawaban dihadapan-Nya kelak..
justru karena itulah, gelisahlah hatimu saat ilmu yang kau punyai tak lagi berguna untuk dirimu dan orang lain disekitarmu. Saat dirimu tak gelisah terhadapnya barang semenitpun, pertanyakan kepada hatimu. Masihkah ilmu itu kau timba untuk-Nya saja ?

Semangat bushido yang tertanam sejak dulu masih tersusun rapi di loker hati. Satu dua lembar yang semakin habis terbaca. Berat hati meninggalkan dunia 'itu'. Masih berusaha mencari cara lain untuk dapat tetap hidup didalamnya.
Dan ilmu yang kupunya, tak lagi terasa percuma..
Rabbi.. semoga ilmu yang kupunya, kelak bisa kubanggakan dihadapan-Mu.. dan kelak mampu menjadi penolong bagi diriku saat Kau menimbang, pantaskah aku sebagai penghuni syurga-Mu....?

#hidup berdampingan bersama mimpi :)
#useless? you had a choice