Translate

Saturday, June 10, 2017

Menikah Bukan Soal Siapa Cepat Dia Dapat

Bismillahirrahmanirrahim..

Assalamu'alaykum shalihat.. πŸ’•
Long time no see ya.. Sekali nya nulis lagi, pembahasannya udah berat aja.. Semoga tetap memberi manfaat yaa buat kalian.. πŸ™‹

Menikah bukan soal siapa cepat dia dapat. Tapi soal siapa yang siap menurut Allah maka akan Dia datangkan pelengkap agama baginya. Celetuk seorang sahabat. Kembali mengingatkan diri tentang sebuah proses pertimbangan itu. Pertimbangan masa depan yang tak disangka waktunya datang secepat ini. Kun fayakun..


Banyak yang bertanya kenapa memutuskan menikah, jawabanku selalu sederhana, sudah ada yang datang meminang dan tidak ada alasan untuk menolak. Ya, semua fase kehidupan yang kita lalui sudah ada yang menentukan jalan ceritanya. Kita hanya sebagai wayang dalam rangkaian cerita yang sudah disusun Nya dengan amat baik. Ikhtiar kita lah yang kemudian mengantarkan kita kepada benang merah dalam susunan cerita itu. Semua menjadi mungkin terjadi, apa yang kita sangkakan datang justru menjauh, dan yang tak diundang justru ada didepan mata. Sembari menatapi dinding kamar bersama lembaran kertas tulisan  rancangan masa depanku, rasanya...... Allah tau yang terbaik untuk kita..

Kembali teringat pesan bijak abi, Allah akan memberi ketik kita sudah siap menurut Nya. Dan sampai hari dimana akad terucap dan ijab sudah sah bagi para saksi, aku semakin yakin bahwa bagi Nya aku sudah siap. Siap mengarungi samudera yang baru. Tugasku saat ini singkat namun berat, taat kepada Allah dan Rasul Nya, serta menaati perintah sang nahkoda selagi ia tidak melenceng dari jalanNya.

Usiaku 21 tahun dan dia 22 tahun kala itu. Usia yang amat muda bagiku, setidaknya lebih muda dari rencana masa depanku yang ingin menikah di usia 23 tahun. Saat ini pernikahan kami sudah memasuki usia 11 bulan dan 24 juli 2017, genap 1 tahun usia pernikahan kami. Tentu sejauh ini sudah kami lalui banyak sedikit guncangan dalam rumah tangga kami. Ego kami yang seringkali saling bergesekan. Ya, tapi itu wajar kata banyak orang. Terlebih usia kami yang tergolong punya ego tinggi.

Pertengkaran kecil tentu terjadi, tapi semua itu kembali kepada cara kita bersikap dalam menyelesaikan permasalahan. Karena menikah berati menyatukan dua individu yang berbeda. Berbeda dalam pola pikir, berbeda dalam kebiasaan dan berbeda dalam hal kecil lain yang bisa jadi bahan perdebatan dan pertengkaran apabila kita tidak saling dewasa dalam bersikap. Ketidaksempurnaan adalah keniscayaan, namun ketika kita dapat mencintai dengan tulus ketidaksempurnaan itu akan sirna. Karena cinta adalah soal sabar dan syukur. Sabar atas kekurangannya, dan syukur atas kelebihannya.

Demi  ikatan suci yang sudah kami ikrarkan atas nama Nya. Maka sudah menjadi tanggung jawab kami untuk menjaga kesucian janji itu. Tanggung jawab bagi kami untuk menjaga kapal kecil yang baru saja mulai berlayar. Menjaga dan memastikan kapal kecil kami sampai pada pelabuhan terakhir di syurga Nya.

Jalan kami masih panjang. Amat panjang. Badai yang telah kami lalui hanyalah sebagian kecil ujian bagi mahligai rumah tangga kami. Akan datang badai-badai selanjutnya. Dan kami harus bersiap dan tegar dalam melewatinya. Agar kelak suatu hari kapal kecil kami pantas berlabuh dalam pelabuhan surgawiNya.. Allahumma aamiin..

Pesan kami bagi singelillah, tetaplah istiqomah dalam menjaga kehormatan diri. Kelak ketika bagi Nya engkau telah siap, pasti akan Ia datangkan kekasih halal bagimu. Tentu dalam versi terbaiknya, akan datang  imam yang amanah dan  makmum yang taat untukmu. Senantiasa perbaiki diri, dan memanaskan diri. Dan jangan lupa, rencana Allah selalu lebih indah. Syukuri dan jalankan peranmu dengan sebaik-baiknya..  πŸ˜ŠπŸ’Ÿ

Tuesday, November 1, 2016

Ayo jadi Generasi 'BAPER' Positif✿



Bismillah..

Morning November..
Apa kabar kalian? Akhirnya bisa luang juga untuk berbagi cerita..

Kali ini, motivasi menulis dari salah seorang teman yang menegur. Kembali lagi pada problem dulu yang pernah aku tau. Masih sama, soal pasang foto profil sama pasangan. Dalam konteks kali ini, pasangan SAH/HALAL alias  suami ya..

Dulu, pernah denger cerita seseorang tentang suatu tema perdebatan yakni soal pasang foto bareng pasangan di sosial media. Ada pro ada juga kontra. Bisa dilihat dari berbagai sudut pandang, tergantung kita mau lihat dari sudut pandang yang mana. Sejak awal menikah, motivasiku pasang foto sama pasangan ya karena biar orang-orang atau teman jauh tau kalau aku sudah menikah, dan inilah rupa suami ku. Barangkali ketemu disuatu tempat, jadi bisa saling menyapa. Awalnya sih gitu, nah semakin kesini ternyata tema itu masih aja ada yang memperdebatkan. Padahal ada banyak problem yang lebih urgent untuk difikirkan dan diperdebatkan selain foto pasangan suami isteri.
Sampai pada hari ini, ada teman yang menegur. Untuk sebaiknya nga pasang foto sama pasangan, untuk menjaga orang lain dari sikap menjaga hati dan menjaga interaksi dengan lawan jenis. Ini yang jadi buat aku mikir.. dan akhirnya aku tanya ke guru kehidupanku, alias ummi ku.
Dan inilah jawaban ummiku,
“loh, kenapa itu dipermasalahkan. Kan foto dengan suami, pasangan halal. Kalau foto sama suami orang lain nah itu yang seharusnya dipermasalahkan. Kalau dibiarkan, nanti kamu boncengan sama suamimu juga dipermasalahkan? Alasannya, nga boleh karena untuk menjaga hati orang lain biar nga baper?”

Memang pandangan setiap orang dalam suatu persoalan akan berbeda. Akan tetapi alangkah lebih bijak ketika menyikapi suatu persoalan dengan melihat sudut pandang lain, bukan hanya dari sudut pandang kita saja. Konteks pembahasannya pun berbeda. Karena pelaku yang ada di foto adalah pasangan yang sudah SAH. Jika kita melihat foto pasangan laki-laki dan perempuan yang belum halal saja kita bersikap biasa, lantas kenapa harus dipermasalahkan ketika melihat foto sepasang suami isteri yang sudah halal?

Memasang foto pasangan harus dengan alasan dan berbagai pertimbangan. Dan dalam hal ini tidak bisa disamakan antara kondisi satu pasangan dengan pasangan lainnya. Yang belum punya pasangan halal, tentu belum bisa melihat dari sudut pandang ini. Misalnya aja alasan pasang foto sama pasangan karena untuk publikasi ke orang yang tidak diundang dalam pernikahan (ini alasan ku, hehe), dan pasti ada berbagai macam alasan lainnya yang bisa jadi nga terfikir oleh mereka yang belum menikah.

Jangan jadi generasi baper negatif, begitu lihat foto pasangan muda yang baru menikah langsung galau sambil gigit jari. Baper itu wajar dan manusiawi kok, tapi baper-lah yang positif. Baper yang membuat kita semakin mensyukuri hidup. Baper yang membuat keimanan dan ketaqwaan kita bertambah kpd Allah dan Rasul-Nya, bersabarlah dan berbenahlah selagi menanti jodoh datang. Bukan lantas baper yang membabi buta, membuat kita buruk dalam berprasangka.

Rasulullah SAW bersabda, “Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian sudah mampu maka menikahlah karena hal itu bisa menjaga mata dan kemaluan, maka barang siapa tidak mampu hendaknya ia berpuasa karena puasa terdapat obat.” (H.R. Muttafaqun Alaih)

Setiap manusia punya fase kehidupannya masing-masing. Ada yang jodohnya datang cepat, ada pula yang lama. Ada yang jarak usia dengan pasangan jauh ada juga yang dekat. Jadi nga usah baper segala, sandal aja punya pasangan. Kalian pasti juga punya. Yang perlu kita pertahankan adalah sikap dan cara kita berfikir dengan positif dan bijak. Toleransi dengan fase kehidupan orang lain yang mungkin berbeda dengan kita. Apapun itu, segala perbuatan baik buruk akan kembali ke diri kita sendiri kok. Bukan orang lain. Kaya kata pepatah, siapa menanam ia akan menuai. Jadi jangan risau. Kalau kamu baper positif, manfaatnya akan kembali ke diri kamu sendiri bukan orang lain. Pun sebaliknya.

Jadi, jagalah hati dan pikiran kita. Jangan mudah terprovokasi dengan hal sepele. Dekatkan diri kita dengan Allah SWT, sibukkan diri dalam amalan sunnah dan amal kebaikan sehingga nga ada celah dalam hati kita untuk baper soal beginian. Kalau memang sudah tidak bisa mengontrol hawa nafsu dan dikit2 baper, maka menikahlah. Dengan menikah ada keberkahan melimpah yang akan kita peroleh kok..

semoga bermanfaat..

Friday, April 29, 2016

“Haruskah aku bersyukur dengan hidupku?”

Setiap manusia terlahir dalam keadaan yang sama, yakni suci tanpa dosa. Namun setiap manusia terlahir dalam keadaan yang berbeda pula. Mulai dari perbedaan fisik yang kasat mata, hingga perbedaan takdir yang diterima. Ada yang terlahir dari seorang ibu yang sempurna, hangat dan penuh cinta. Namun ada juga yang terlahir dari ibu yang tidak menginginkannya, hingga hidupnya harus dimulai dari titik awal dimana semua manusia tak pernah menginginkannya. Didalam keadaan terbuang dan tak diinginkan.

“Haruskah aku bersyukur dengan hidupku?”
“Betapa beruntungnya diriku, bagian yang mana dalam hidupku yang pantas tidak aku syukuri?”
“Aku sudah bersyukur namun tak juga kudapati kelimpahan dalam hidupku, begitu dan begitu saja..”

            Mungkin sebagian dari kita pernah atau sedang berada dalam satu diantara keadaan diatas. Keadaan dimana kita sendiri bertanya-tanya dengan keadaan yang kita miliki saat ini. mungkin hati kita sedang jauh dari-Nya saat ini. Hingga tak tampak dimata dan tak terbayang dibenak, bagian yang mana dari hidup kita yang pantas kita syukuri. Ataukah hati kita sedang dimabuk cinta kepada-Nya, sehingga setiap hembusan nafas yang terhirup terasa luar biasa dan amat berharga.

            Merasa ingin lebih dan lebih adalah salah satu sifat dasar manusia. Ingin lebih baik, ingin lebih kaya, ingin lebih cantik dan sebagainya. Saat kita sibuk berfikir dengan yang lebih dan lebih itulah yang pada akhirnya seringkali membuat kita terlupa pada bagian dari hidup kita yang seharusnya kita syukuri. Sehingga saat kita belum bisa sampai pada titik kelebihan yang kita inginkan seringkali ada rasa kecewa yang timbul. Dan kekecewaan yang tidak berbatas yang pada akhirnya membawa kita menjadi salah dan lupa. Lupa bahwa setiap dari usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Dan ketika usaha yang kita lakukan tidak diniatkan untuk-Nya, maka bisa jadi sampainya kita pada tujuan kita tidak membawa keberkahan didalam kehidupan kita. Dan berakhir dengan tidak mensyukuri tiap detik yang telah kita lewati sebelumnya.

Saat waktu kita disibukkan dalam beramal kebaikan, sungguh waktu yang kita habiskan akan membawa keberkahan. Keberkahan yang Allah turunkan belum tentu dalam bentuk yang nyata dan terlihat oleh mata. Keberkahan yang utama adalah didalam waktu kita yang terbatas, kita bisa melakukan banyak hal yang bermanfaat. Sehingga waktu yang kita habiskan menjadi efektif dan efisien dalam hitungan-Nya.

Ψ₯ِΩ†َّ Ψ±َΨ­ْΩ…َΨͺَ Ψ§Ω„Ω„ّΩ‡ِ Ω‚َΨ±ِيبٌ Ω…ِّΩ†َ Ψ§Ω„ْΩ…ُΨ­ْΨ³ِΩ†ِΩŠΩ†َ
Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Q.s. Al-A’raf: 56)

Melihatlah keatas untuk menumbuhkan semangat dalam dirimu menjadi manusia yang lebih baik lagi. Menjadi lebih kaya untuk banyak memberi, dan menjadi lebih mulia untuk menolong sesama. Namun jangan terlupa untuk melihat kebawah juga. Menjadi lebih rendah hati untuk berbagi, dan menjadi lebih bijaksana untuk mensyukuri. ˘)

Setiap dari kisah hidup kita sudah dituliskan oleh-Nya. Baik-buruk nya semua berjalan sesuai dengan kehendak-Nya. Bukan dalam versi terbaik kita, namun sebaik-baik versi menurut penilaian-Nya. Karena hanya Dia-lah sebaik-baik penilai. Dan bersama keduanya (baik dan buruk) selalu ada hikmah yang ingin Allah sampaikan kepada kita. Saat apa yang kita inginkan belum kita dapatkan, bisa jadi itu bukanlah sesuatu yang baik bagi kita, pun sebaliknya, yang buruk menurut kita bisa jadi sesungguhnya itulah yang terbaik untuk kita. Dan saat Allah mengambil sesuatu yang menurut kita baik dan kita ikhlas melepaskannya, maka PASTI Dia akan menggantinya dengan yang lebih baik. Sekali lagi, baik menurut  versi-Nya bukan versi kita.. 

Yuk banyak-banyak bersyukur..
Karena dengan bersyukur maka Allah akan memberi kelimpahan berkah didalam hidup kita.. bukan hanya dalam segi kuantitas saja, namun kualitas juga.. (Ι” ˘˘)~♡ 
Allahummaamiin..
Sekian, semoga bermanfaat.. 

Hasbunallah wa ni'mal wakil.. ni'mal maula wa ni'ma nnashiir..

Tuesday, November 17, 2015

tertumpuk..


Sudah terlalu banyak cerita tertumpuk. Tiap lembarannya mulai lusuh termakan waktu. Kian lapuk, mungkin saja suatu hari tak lagi bisa terbaca. Itulah kehidupan manusia. Akan ada cerita baru disetiap detiknya. Yang tertumpuk diatas tumpukan lainnya. Selembar, dua lembar, satu halaman, dua halaman. Hingga perlahan semuanya tertumpuk, yang lama tertutup dengan yang baru.

Hakikatnya dari setiap pertemuan bersamanya ada perpisahan. Karena diawal prologpun harus ada kata penutup. Akan berakhir baik ataukah tidak semua bergantung kepada lakonnya. Karena Allah SWT tlah sediakan kertas putih, dan akan digores dengan tinta seperti apa, dan dengan tulisan atau hiasan yang seperti apa semua tlah Dia serahkan kepada kita, ya.. sang lakon sandiwara. Yang tua tergantikan dengan yang muda. Bagaikan roda yang berputar mengikuti porosnya, tak berhenti selagi masih ada gaya gravitasi.

Sudah menjadi kodratnya manusia digantikan dan tergantikan. Terkadang kita terlalu nyaman dengan keadaan yang saat ini sehingga membuat kita lupa bahwa kitalah yang akan menggantikan. Ya, estafet itu harus tetap berjalan. Apapun yang terjadi harus tetap berjalan hingga batas waktu yang ditentukan oleh-Nya. siap atau tidak, mau atau tidak, kapanpun panggilan itu datang, pastikan bahwa kaulah yang pertama kali menyambutnya.

Ini sudah hukum alamnya. Saat suatu bunga layupun ia tak sekedar layu dan mati. Dipagi berikutnya akan muncul kuncup baru, yang merekah menggantikan kelopak yang layu sebelumnya. Angin bertiup, sinar mentari menerpa. tiap pagi embun menetes lembut didaunnya. Memberi energi kehidupan yang baru. Ia hidup dan menjalankan tugasnya di bumi. Ia merekah indah, membuat siapapun berdecak kagum memujinya. Ia tak gentar, meski ia tau bahwa esok mungkin tak secerah hari ini. Nanum ia yakin, proses yang terjadi padanya adalah proses Sang Maha Kuasa. Dia membuatnya semakin tegar meski dengan layu tubuhnya.

Mari mengambil pelajaran, bahkan dari sekuncup bunga yang merekah dengan apa adanya. Ia tersenyum di esok hari meski ia tau bahwa dihari berikutnya ia akan layu dan mati. Akan semakin banyak lembar yang tertumpuk. Sudahkah itu semua memberi arti? dan membuatmu kembali ingat pada hakikatmu dicipta. Bukan sekedar mengisi kekosongan bumi, namun ada hak diri yang harus kau penuhi dan bersamanya ada kewajiban yang harus kau jalankan. Semoga kau selalu ingat, jika kau ikhlas menjalani lelah dan letihmu, dan hanya Dialah sebaik-baik pemberi balasan.. :)

Laa haula wa laa quwwata illa billah :)


Saturday, August 29, 2015

Kapan dan bagaimana caranya..? Ζͺ(° ̯˚ Κƒ)

Kepada siapa, dengan cara apa, melalui perantara yang bagaimana. Kapan waktunya, dan dimana
terjadinya. Sungguh manusia tiada kuasa dan daya akan Hidayah-Nya.
Hidayah datang kepada mereka yang telah dipilihnya. Bukan dilihat dari seberapa banyak amalan yang diperbuatnya, berasal dari mana keluarganya, bagaimana rupa dan simatnya. Karena hanya Allah saja yang berhak menentukan, kepada siapa pintu hidayah akan terbuka. Kapan dan bagaimana caranya..

Terlalu sering melihat kehidupan orang lain kerap membuat kita terlupa untuk berkaca. Kembali mengingat kepada hakikatnya kita tercipta, dan bagaimana akhir kisah yang akan menutupnya. Sungguh Allah punya berjuta cara. Dari yang mungkin terjangkau oleh akal pikiran manusia, hingga cara yang mungkin bagi kita khayal tuk membayangkannya. (-̩̩̩-̩̩̩_-̩̩̩-̩̩̩)‎

Bukan kita, tentu bukanlah kita. Yang berhak menilai seberapa baik dan buruknya manusia. Seperti katanya, simatnya yang terlihat di siang hari bisa saja berbeda dengan simatnya di malam hari. Ketika siang hari ia tampak jauh dengan Tuhannya, siapa yang tau disaat sepertiga malam tiba,hanya dia yang masih bertahan diatas sajadahnya dan bersimpuh paling lama dikala manusia lainnya enggan membuka mata dan bersua dengan Tuhannya barang semenit saja. ( '́_'̀  )

Ketika manusia sibuk menilai orang lain, ia akan lupa untuk berkaca. Sibuk mengukur perubahan orang lain, sedang dirinya sendiri terabaikan. Padahal dalam diri ada hak yang harus terpenuhi, selain hak jasmani ada hak ruhani. Ketika usaha manusia membuka jalan hidayah telah dilakukan maka wajib bagi kita untuk menyerahkan kepada sang pemilik Hidayah. Bukan pasrah tanpa usaha, namun setelah kita berusaha membuka jalannya hidayah, lantas pasrahkan saja dan biarlah tangan-tangan Allah yang bekerja. Entah nanti hasil apa yang akan kita dapati. Baikkah atau burukkah, sudah sesuai atau jauh dari harapan. Itulah hasil terbaik yang Allah ridhai.

Dan ketika hidayah itu hadir dalam kehidupan kita, maka sambutlah. Tetaplah setia berada pada posisi tertingginya iman. Meski tak ada yang bisa menjamin seberapa lama kita akan istiqomah dijalan-Nya, namun Allah akan mengubah keadaan kita apabila kita mau mengubahnya kan ? Lantas akan menjadi mungkin ketika kita mau berikhtiar dan berusaha. Bukan berdiam diri tanpa ada usaha dan do'a.

Bersyukurlah kita yang tengah mencecap manisnya hidayah dari-Nya. Namun jangan lantas membuat kita terlupa, bahwa kewajiban kita sebagai pemimpin di dunia ketika telah berhasil memimpin diri sendiri, kita wajib untuk memimpin orang lain menuju-Nya. Membukakan jalan hidayah untuk orang lain, yang lebih lebar dan lebih terbuka. Tidak menilai dari apa yang terlihat oleh mata. Dan meyakini bahwa Allah punya ukuran tersendiri untuk mengetahui pantas dan tidaknya manusia memperoleh hidayah-Nya.. dan jalan itu akan terbuka dengan berdakwah.. menjadi guru, wali, sahabat, dan orang tua yang akan beersabar untuk berbenah dan membenahi..
Mengajarkan tanpa merasa menjadi yang paling benar..

Setiap manusia sudah tertulis jalan kisah nya di dunia. Dari awal ia terlahir tak berdosa hingga nanti habis jatahnya didunia. Pun dengan takdirnya ia memperoleh hidayah dan naungan-Nya. Jika bukan hari ini, mungkin besok. Jika bukan melalui jalan ini, mungkin melalui jalan lainnya. Tak ada yang bisa menjamin selain Dia. Lantas apa yang masih kita khawatirkan ? apabila semua jelas sudah dijamin oleh-Nya. (˘˘ c)

Lakukan lah apa yang bisa kita lakukan sebagai manusia.. kemudian, serahkan kepada-Nya apa-apa saja yang tidak bisa kita lakukan sebagai manusia..membukakan jalan hidayah bagi orang lain, dengan mengajarkan tanpa merasa menjadi yang paling benar..

Laa haula wa laa quwwata illa billah.. ˘)