Translate

Saturday, August 29, 2015

Kapan dan bagaimana caranya..? ƪ(° ̯˚ ʃ)

Kepada siapa, dengan cara apa, melalui perantara yang bagaimana. Kapan waktunya, dan dimana
terjadinya. Sungguh manusia tiada kuasa dan daya akan Hidayah-Nya.
Hidayah datang kepada mereka yang telah dipilihnya. Bukan dilihat dari seberapa banyak amalan yang diperbuatnya, berasal dari mana keluarganya, bagaimana rupa dan simatnya. Karena hanya Allah saja yang berhak menentukan, kepada siapa pintu hidayah akan terbuka. Kapan dan bagaimana caranya..

Terlalu sering melihat kehidupan orang lain kerap membuat kita terlupa untuk berkaca. Kembali mengingat kepada hakikatnya kita tercipta, dan bagaimana akhir kisah yang akan menutupnya. Sungguh Allah punya berjuta cara. Dari yang mungkin terjangkau oleh akal pikiran manusia, hingga cara yang mungkin bagi kita khayal tuk membayangkannya. (-̩̩̩-̩̩̩_-̩̩̩-̩̩̩)‎

Bukan kita, tentu bukanlah kita. Yang berhak menilai seberapa baik dan buruknya manusia. Seperti katanya, simatnya yang terlihat di siang hari bisa saja berbeda dengan simatnya di malam hari. Ketika siang hari ia tampak jauh dengan Tuhannya, siapa yang tau disaat sepertiga malam tiba,hanya dia yang masih bertahan diatas sajadahnya dan bersimpuh paling lama dikala manusia lainnya enggan membuka mata dan bersua dengan Tuhannya barang semenit saja. ( '́_'̀  )

Ketika manusia sibuk menilai orang lain, ia akan lupa untuk berkaca. Sibuk mengukur perubahan orang lain, sedang dirinya sendiri terabaikan. Padahal dalam diri ada hak yang harus terpenuhi, selain hak jasmani ada hak ruhani. Ketika usaha manusia membuka jalan hidayah telah dilakukan maka wajib bagi kita untuk menyerahkan kepada sang pemilik Hidayah. Bukan pasrah tanpa usaha, namun setelah kita berusaha membuka jalannya hidayah, lantas pasrahkan saja dan biarlah tangan-tangan Allah yang bekerja. Entah nanti hasil apa yang akan kita dapati. Baikkah atau burukkah, sudah sesuai atau jauh dari harapan. Itulah hasil terbaik yang Allah ridhai.

Dan ketika hidayah itu hadir dalam kehidupan kita, maka sambutlah. Tetaplah setia berada pada posisi tertingginya iman. Meski tak ada yang bisa menjamin seberapa lama kita akan istiqomah dijalan-Nya, namun Allah akan mengubah keadaan kita apabila kita mau mengubahnya kan ? Lantas akan menjadi mungkin ketika kita mau berikhtiar dan berusaha. Bukan berdiam diri tanpa ada usaha dan do'a.

Bersyukurlah kita yang tengah mencecap manisnya hidayah dari-Nya. Namun jangan lantas membuat kita terlupa, bahwa kewajiban kita sebagai pemimpin di dunia ketika telah berhasil memimpin diri sendiri, kita wajib untuk memimpin orang lain menuju-Nya. Membukakan jalan hidayah untuk orang lain, yang lebih lebar dan lebih terbuka. Tidak menilai dari apa yang terlihat oleh mata. Dan meyakini bahwa Allah punya ukuran tersendiri untuk mengetahui pantas dan tidaknya manusia memperoleh hidayah-Nya.. dan jalan itu akan terbuka dengan berdakwah.. menjadi guru, wali, sahabat, dan orang tua yang akan beersabar untuk berbenah dan membenahi..
Mengajarkan tanpa merasa menjadi yang paling benar..

Setiap manusia sudah tertulis jalan kisah nya di dunia. Dari awal ia terlahir tak berdosa hingga nanti habis jatahnya didunia. Pun dengan takdirnya ia memperoleh hidayah dan naungan-Nya. Jika bukan hari ini, mungkin besok. Jika bukan melalui jalan ini, mungkin melalui jalan lainnya. Tak ada yang bisa menjamin selain Dia. Lantas apa yang masih kita khawatirkan ? apabila semua jelas sudah dijamin oleh-Nya. (˘˘ c)

Lakukan lah apa yang bisa kita lakukan sebagai manusia.. kemudian, serahkan kepada-Nya apa-apa saja yang tidak bisa kita lakukan sebagai manusia..membukakan jalan hidayah bagi orang lain, dengan mengajarkan tanpa merasa menjadi yang paling benar..

Laa haula wa laa quwwata illa billah.. ˘)

No comments:

Post a Comment