Jum’at 14 November 2014 11:15 WIB
"Bukan salah cinta dek” jawabku kala seorang
adik binaan bertanya tentang salahkah kita saat kita jatuh cinta.
Ya, forum menjadi begitu menarik bagi mereka
tatkala mulai memasuki sesi curhat. Setiap wajah menjadi serius dan siap
mengajukan berbagai pertanyaan ke murobbinya. Di sesi sebelumnya seorang adik
binaan ya ng bertugas sebagai pembawa kultum, menyampaikan kultum yang bertema
Mahabbah. Ia sampaikan bahwa mahabbah adalah karunia bagi setiap hamba Allah.
Hal itu diperbolehkan sepanjang tidak melebihi besarnya rasa cinta kita kepada
Allah Azza wa Jalla. Allah meridhai dan mencintai kedua orang hamba yang saling
mencintai karena Allah. Bahkan Allah mengirimkan malaikat untuk menjaga
keduanya. Cinta Hingga akhir kalimatnya, seluruh peserta forum memperhatikan
dengan seksama, satu dua orang mulai tersenyum kecil mengisyaratkan sesuatu.
Tak salah perkiraan ternyata, kultum tadi cukup
membuat para peserta punya pertanyaannya sendiri-
sendiri. Dan sang murabbi-lah tempat mereka
mencari jawabannya. Dengan hati-hati kusampaikan rangkuman dari kultum tadi dan
memberi sedikit penjelasan. Ternyata bahasan ini membuat susunan sesi menjadi
sedikit berantakan.
“Oh.. baru mudeng mba
dek, kamu milih kultum tema itu karena kamu lagi merasakan mahabbah ya ? disini
ada yang lagi merasakan indahnya mahabbah ?”. tanyaku begitu kultum selesai dan
ditutup.
Tak perlu tunggu lama atas jawabannya, dengan
senyuman lebar dan raut yang mulai memerah satu dua orang berceletuk, “dia mba,
dia.. udah ganti mba bukan mr----- lagi tapi mr-----”,jawab seorang adik. Yang
lain tak mau kalah, mulai bersahut-sahutan, “eh, kam u juga yaa... dia juga
mbaaa.. dia juga.. dia juga ganti mr-----“. Aku pun hanya bisa tertawa kecil
melihat tingkah mereka.
“oh.. jadi ceritanya kalian udah pada move on yaa
?”, godaku. Saling lempar senyum dan tertawa kecil, bahasan ini berhasil
membuat suasana semakin cair. Lebih cair..
Ah.. indahnya saat ini, batinku dalam hati.
“oke, ada yang mau bertanya terkait materi kultum
tadi ?”,
Suasana semakin ramai dan antusias mereka tampak
meningkat. Memang untuk yang satu ini jelas akan menarik banyak minat mereka.
Satu adik mulai bertanya, “mba maksudnya saling mencintai karena Allah itu
gimana sih ?”.
“hm.. sebelumnya mba luruskan dulu ya.. mencintai
memang sebuah fitrah bagi seluruh manusia, karena ia dikaruniai hati dan
akal oleh Allah.. berbeda dengan makhluk ciptaanNya yang lain, baik malaikat
yang selalu ta’at dan syaithan yang seringkali mengingkari janjinya kepada
Allah. Mahabbah atau yang lebih awam didengar Cinta terbagi menjadi dua,
Mahabbatullah atau cinta kepada Allah, dan cinta kepada selainnya. Selainnya
meliputi keluarga, ayah ibu, adik kakak, sanak saudara, teman, saudara
seiman, lawan jenis, dll.
Jalinan cinta kita kepada Allah sudah jelas
tuntutannya. Ta’at kepada apa yang diperintahkan-Nya dan mejauhi apa yang
menjadi larangan bagi-Nya untuk kita. Kita mencintai-Nya dengan beriman
kepadaNya. mengEsa-kan Dia semata, mengimani-Nya dalam hati, lisan dan
perbuatan kita. Allah selalu ada untuk kita. Dia tak pernah berhenti memberikan
cinta dan kasih sayang-Nya kepada para makhluk-Nya. Pun meski kita seringkali
mengecewakan-Nya, mengkhinati cinta-Nya, namun Dia tak pernah sejengkal pun
pergi meninggalkan kita. Ya, Dia dekat.. sangat dekat..
Tadi pertanyaannya, cinta karena Allah itu gimana
ya.. hm.. cinta karena Allah antara lain bermakna sempit kita bertemu dan
berpisah hanya karena Allah. Rasa cinta kita berlandaskan rasa cinta kita
kepada Allah. Jadi cinta yang kita miliki tak akan pudar sepanjang rasa cinta
kita kepada Allah pun tidak pudar. Nah cinta yang gini ini dek akan menjadi
salah satu tiket kita menuju syurga-Nya. Kaya di kultum tadi ya, Allah
meridhai, mencintai dan mengirimkan malaikat untuk menjaga kedua insan yang
saling mencintai karena Allah. Untuk saat ini konteksnya masih cinta bukan
kepada lawan jenis lho ya...”. mereka pun tertawa.
“mba lanjutkan ya.. kalo untuk cinta kepada lawan
jenis, mba menganggap kalian sudah cukup dewasa.. dan sudah faham-lah terkait
hukum Allah terhadap cinta kita kepada lawan jenis. Ngga salah kok dek kalo
kita jatuh cinta kepada seseorang, boleh.. tapi jangan sampai cinta itu membuat
kita melanggar hukum-hukum dan ketentuan-Nya. Usahakan agar hanya kita dan
Allah saja yang tau.. salah satu alesannya ya jadi nanti nek pas ngga sengaja
ketemu, temenmu ngga bakalan nge-ciye in kamu sama dia..”. mereka tertawa lagi.
“sudah sangat jelas hukum-Nya terkait hubungan
lawan jenis. Jelas pacaran itu haram. Allah kan mengharamkan zina dan segala
sesuatu yang mendekati zina, jadi segala hal yang mendekati zina tentu mendapat
balasan dari Allah..”
“gitu dek.. ada lagi yang mau tanya ?” aku pun
berhenti sejenak
“nah mba, kan Allah mengharamkan, membenci zina
dan yang mendekati zina, berarti kalo ada dua orang mba, mereka sama-sama ta’at
beragama. Tapi mereka ada hubungan tapi bukan pacaran mba.. bilangnya sih
komitmen. Itu gimana hukumnya dalam islam mba.. bukannya itu juga termasuk zina
? mereka sering sms-an, statusnya saling memberi isyarat, dll.” Tanya seorang
adik lagi,
“eh.. itu kisah nyata dek ?” tanyaku
“iya mba, orang sini juga tapi beda jurusan...
blablabla”
“hm.. kalian tau kan yang kaya gitu sebenernya
dibenarkan apa engga dalam islam ?”
“tau mba..” sahut mereka
“sip, yang penting kalian tau, dan dengan kalian
tau itu dibenci Allah jelas kalian ngga bakal ngelakuin kan.. kaya kata-kata
mba tadi ya, Allah mengharamkan zina dan segala sesuatu yang mendekatinya. Jadi
sudah jelas hukumnya bagaimana. Yang kalian pertanyakan pasti kenapa orang yang
ta’at beragama malah kaya gitu.. ya kan ?”
“iya mba,” jawab mereka sigap
“kita harus selalu inget dek.. tidak ada manusia
yang sempurna, karena kembali ke bahasan awal ya, manusia dikaruniai akal dan
hati. Dimana dengan memiliki keduanya mereka cenderung berbuat salah. Alhasil
manusia jadi punya gelar tempatnya salah dan lupa. Kadang ta’at kadang futur.
Karena kadar keimanan seseorang sendiri kaya roda berputar, kadang diatas tapi
ngga menutup kemungkinan ada dibawah. Naik-turun. Kita tidak bisa mengukur
keimanan seseorang, menjudge orang
lelaki yang rajin sholat itu shalih, atau perempuan yang jilbabnya besar itu
shalihah. Ngga bisa. Karena hanya Allah saja yang berhak menilai. Hanya Dia
yang tepat penilaiannya. Memang sih, manusia kerap menilai seseorang dari tampaknya
saja, tapi kita juga cukup faham bahwa untuk menilai seseorang tak bisa dari
ketampakannya saja. Karena ketampakan diri itu bagaikan topeng dek.. bisa jadi
mereka kelihatannya nakal tapi ternyata sholat malemnya ngga pernah absen, atau
pun sebaliknya.. dia yang kita lihat sholihah banget ternyata punya pacar juga.
Yang terpenting kita mengedepankan berfikir positif atau berkhusnudzan terhadap
saudara saudari kita ya..
Wallahu a’lam bishowwab..
Kita juga harus selalu inget bahwa Allah itu Maha
Adil, termasuk saat nanti Dia mengirimkan pasangan hidup untuk kita. Seperti
dalam salah satu firman-Nya, Laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik, pun
sebaliknya. Jadi kalo saat ini kita menjaga diri, ‘dia’ disana juga sedang
menjaga diri. Berjuang penuh untuk menjadi seseorang yang pantas didapatkan
oleh seseorang yang juga sama pantasnya”.
Pembicaraan masih cukup panjang. Akhir waktu
forum pun ditutup oleh MC, dan kami lanjut sholat berjaama’ah..
Yang sepotong ini, semoga bermanfaat :)
-Mba sayang kalian
karena Allah dek :’)
#azalia