Translate

Tuesday, November 17, 2015

tertumpuk..


Sudah terlalu banyak cerita tertumpuk. Tiap lembarannya mulai lusuh termakan waktu. Kian lapuk, mungkin saja suatu hari tak lagi bisa terbaca. Itulah kehidupan manusia. Akan ada cerita baru disetiap detiknya. Yang tertumpuk diatas tumpukan lainnya. Selembar, dua lembar, satu halaman, dua halaman. Hingga perlahan semuanya tertumpuk, yang lama tertutup dengan yang baru.

Hakikatnya dari setiap pertemuan bersamanya ada perpisahan. Karena diawal prologpun harus ada kata penutup. Akan berakhir baik ataukah tidak semua bergantung kepada lakonnya. Karena Allah SWT tlah sediakan kertas putih, dan akan digores dengan tinta seperti apa, dan dengan tulisan atau hiasan yang seperti apa semua tlah Dia serahkan kepada kita, ya.. sang lakon sandiwara. Yang tua tergantikan dengan yang muda. Bagaikan roda yang berputar mengikuti porosnya, tak berhenti selagi masih ada gaya gravitasi.

Sudah menjadi kodratnya manusia digantikan dan tergantikan. Terkadang kita terlalu nyaman dengan keadaan yang saat ini sehingga membuat kita lupa bahwa kitalah yang akan menggantikan. Ya, estafet itu harus tetap berjalan. Apapun yang terjadi harus tetap berjalan hingga batas waktu yang ditentukan oleh-Nya. siap atau tidak, mau atau tidak, kapanpun panggilan itu datang, pastikan bahwa kaulah yang pertama kali menyambutnya.

Ini sudah hukum alamnya. Saat suatu bunga layupun ia tak sekedar layu dan mati. Dipagi berikutnya akan muncul kuncup baru, yang merekah menggantikan kelopak yang layu sebelumnya. Angin bertiup, sinar mentari menerpa. tiap pagi embun menetes lembut didaunnya. Memberi energi kehidupan yang baru. Ia hidup dan menjalankan tugasnya di bumi. Ia merekah indah, membuat siapapun berdecak kagum memujinya. Ia tak gentar, meski ia tau bahwa esok mungkin tak secerah hari ini. Nanum ia yakin, proses yang terjadi padanya adalah proses Sang Maha Kuasa. Dia membuatnya semakin tegar meski dengan layu tubuhnya.

Mari mengambil pelajaran, bahkan dari sekuncup bunga yang merekah dengan apa adanya. Ia tersenyum di esok hari meski ia tau bahwa dihari berikutnya ia akan layu dan mati. Akan semakin banyak lembar yang tertumpuk. Sudahkah itu semua memberi arti? dan membuatmu kembali ingat pada hakikatmu dicipta. Bukan sekedar mengisi kekosongan bumi, namun ada hak diri yang harus kau penuhi dan bersamanya ada kewajiban yang harus kau jalankan. Semoga kau selalu ingat, jika kau ikhlas menjalani lelah dan letihmu, dan hanya Dialah sebaik-baik pemberi balasan.. :)

Laa haula wa laa quwwata illa billah :)


Saturday, August 29, 2015

Kapan dan bagaimana caranya..? ƪ(° ̯˚ ʃ)

Kepada siapa, dengan cara apa, melalui perantara yang bagaimana. Kapan waktunya, dan dimana
terjadinya. Sungguh manusia tiada kuasa dan daya akan Hidayah-Nya.
Hidayah datang kepada mereka yang telah dipilihnya. Bukan dilihat dari seberapa banyak amalan yang diperbuatnya, berasal dari mana keluarganya, bagaimana rupa dan simatnya. Karena hanya Allah saja yang berhak menentukan, kepada siapa pintu hidayah akan terbuka. Kapan dan bagaimana caranya..

Terlalu sering melihat kehidupan orang lain kerap membuat kita terlupa untuk berkaca. Kembali mengingat kepada hakikatnya kita tercipta, dan bagaimana akhir kisah yang akan menutupnya. Sungguh Allah punya berjuta cara. Dari yang mungkin terjangkau oleh akal pikiran manusia, hingga cara yang mungkin bagi kita khayal tuk membayangkannya. (-̩̩̩-̩̩̩_-̩̩̩-̩̩̩)‎

Bukan kita, tentu bukanlah kita. Yang berhak menilai seberapa baik dan buruknya manusia. Seperti katanya, simatnya yang terlihat di siang hari bisa saja berbeda dengan simatnya di malam hari. Ketika siang hari ia tampak jauh dengan Tuhannya, siapa yang tau disaat sepertiga malam tiba,hanya dia yang masih bertahan diatas sajadahnya dan bersimpuh paling lama dikala manusia lainnya enggan membuka mata dan bersua dengan Tuhannya barang semenit saja. ( '́_'̀  )

Ketika manusia sibuk menilai orang lain, ia akan lupa untuk berkaca. Sibuk mengukur perubahan orang lain, sedang dirinya sendiri terabaikan. Padahal dalam diri ada hak yang harus terpenuhi, selain hak jasmani ada hak ruhani. Ketika usaha manusia membuka jalan hidayah telah dilakukan maka wajib bagi kita untuk menyerahkan kepada sang pemilik Hidayah. Bukan pasrah tanpa usaha, namun setelah kita berusaha membuka jalannya hidayah, lantas pasrahkan saja dan biarlah tangan-tangan Allah yang bekerja. Entah nanti hasil apa yang akan kita dapati. Baikkah atau burukkah, sudah sesuai atau jauh dari harapan. Itulah hasil terbaik yang Allah ridhai.

Dan ketika hidayah itu hadir dalam kehidupan kita, maka sambutlah. Tetaplah setia berada pada posisi tertingginya iman. Meski tak ada yang bisa menjamin seberapa lama kita akan istiqomah dijalan-Nya, namun Allah akan mengubah keadaan kita apabila kita mau mengubahnya kan ? Lantas akan menjadi mungkin ketika kita mau berikhtiar dan berusaha. Bukan berdiam diri tanpa ada usaha dan do'a.

Bersyukurlah kita yang tengah mencecap manisnya hidayah dari-Nya. Namun jangan lantas membuat kita terlupa, bahwa kewajiban kita sebagai pemimpin di dunia ketika telah berhasil memimpin diri sendiri, kita wajib untuk memimpin orang lain menuju-Nya. Membukakan jalan hidayah untuk orang lain, yang lebih lebar dan lebih terbuka. Tidak menilai dari apa yang terlihat oleh mata. Dan meyakini bahwa Allah punya ukuran tersendiri untuk mengetahui pantas dan tidaknya manusia memperoleh hidayah-Nya.. dan jalan itu akan terbuka dengan berdakwah.. menjadi guru, wali, sahabat, dan orang tua yang akan beersabar untuk berbenah dan membenahi..
Mengajarkan tanpa merasa menjadi yang paling benar..

Setiap manusia sudah tertulis jalan kisah nya di dunia. Dari awal ia terlahir tak berdosa hingga nanti habis jatahnya didunia. Pun dengan takdirnya ia memperoleh hidayah dan naungan-Nya. Jika bukan hari ini, mungkin besok. Jika bukan melalui jalan ini, mungkin melalui jalan lainnya. Tak ada yang bisa menjamin selain Dia. Lantas apa yang masih kita khawatirkan ? apabila semua jelas sudah dijamin oleh-Nya. (˘˘ c)

Lakukan lah apa yang bisa kita lakukan sebagai manusia.. kemudian, serahkan kepada-Nya apa-apa saja yang tidak bisa kita lakukan sebagai manusia..membukakan jalan hidayah bagi orang lain, dengan mengajarkan tanpa merasa menjadi yang paling benar..

Laa haula wa laa quwwata illa billah.. ˘)