Translate

Wednesday, October 15, 2014

Iman : jagalah aku..


Iman adalah mutiara didalam hati manusia

Yang meyakini Allah Maha Esa Maha Kuasa

Ia tak dapat diwarisi dari seorang ayah yang bertaqwa

Ia tak dapat dijual beli

Ia tiada di tepian pantai

Walau apapun caranya jua

Engkau mendaki gunung yang tinggi

Engkau merentas lautan api

Namun tak dapat jua dimiliki, jika tidak kembali pada Allah

-Raihan



Iman adalah mutiara yang ada didalam hati makhluk terbaik ciptaan Allah, manusia. Ia dapat pudar dapat pula berbinar dengan cantiknya. Semakin sering kita mengulasnya maka ia akan semakin bening, dan semakin kita mengabaikannya maka ia kan semakin mengusam. Keimanan seseorang hanya Allah yang dapat mengukurnya. Sungguh tiada satupun makhluk ciptaanNya yang dapat tau dan menilai dengan akurat kadar keimanan seorang manusia. Kita mungkin terlalu sering menilai seseorang dari tampaknya saja, kita menilainya dari ketampakannya di siang hari, tapi taukah kita apa yang dilakukannya dimalam hari ? apa yang dilakukannya saat kita tengah tertidur pulas? ya, sombong sekali kita jika kita mendahuluiNya dengan menilai seseorang dari yang tampak didepan mata kita.


Bagai ombak dilautan, keimanan seseorang pun ada pasang dan surutnya. Lantas bagaimana cara agar kadar keimanan kita selalu dalam keadaan terbaiknya ?


Yang pertama adalah kita memiliki sahabat atau teman yang baik yang senantiasa meningatkan kita saat kita mulai keluar dari jalurNya. Dengan pemahaman yang baik darinya terhadap diri kita, tentu dia akan mengingatkan kita dengan cara yang tak membuat kita menjauhinya.


Dalam sebuah hadits Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang peran dan dampak seorang teman dalam sabda beliau : “Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)


Itulah mengapa ada pepatah berkata bahwa kita boleh berteman dengan siapa saja, tapi kita tak boleh salah dalam memilih sahabat. Karena sahabat kita adalah gambaran diri kita, cerminan diri kita, seperti apa ketampakan kita dapat dilihat dari seperti apa ketampakan sahabat kita


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan teman sebagai patokan terhadap baik dan buruknya agama seseorang. Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kita agar memilih teman dalam bergaul. Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)


Maka kita wajib hukumnya untuk selektif dalam hal memilih siapa yang akan kita jadikan sahabat. Sahabat yang bukan sekedar mau bersenang-senang saja, tapi sahabat yang juga memikirkan nasib kita dihadapanNya kelak.


Yang kedua adalah berada dalam lingkungan yang baik. Dengan kita ada didalam lingkungan yang baik tentu kita akan dengan mudahnya kembali ke keadaan semula, minimal kita tidak semakin jauh dalam hal futur kita. Oleh sebab itu, selain kita harus berhati-hati dalam memilih sahabat, kita harus berhati-hati pula dalam memilih suatu lingkungan. Ya memang ada beberapa lingkungan yang kita terpaksa berada didalamnya, atau dalam kata lain lingkungan tersebut adalah zona tidak aman bagi diri kita. Tapi harus kita ingat kembali sebuah hadist yang menyatakan bahwa Allah bersama hambaNya yang mengingatNya.


Yang ketiga adalah senantiasa mengingat Allah. Jadi, dengan senantiasa mengingat Allah, baik dalam keadaan iman terbaik kita maupun serendah-rendahnya keimanan kita, baik dalam zona kenyamanan kita maupun zona diluar kenyamanan kita, hanya dengan mengingat Allah saja kita sudah dengan sendirinya membuka jalan kembali ke rengkuhan kasih sayang dan cintaNya.. :)


Tidak berzikir akan mengakibatkan seseorang jadi orang yang rugi :

“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” [QS Al Munaafiquun 63:9]

  
Allah mengingat orang yang mengingatNya :
“Karena itu, ingatlah Aku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” [Al Baqarah:152]



Orang yang beriman selalu ingat kepada Allah dalam berbagai keadaan :

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” [QS Ali 'Imran 3:190-191]

Dengan berzikir hati menjadi tenteram.



“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” [QS 13:28]



Saat berada dalam iman tertinggi ingatlah Allah.. pun dalam keadaan terburuknya iman, berusahalah menghadirkanNya dalam hati kita, karena sesungguhnya Allah itu dekat, sangat dekat :)

Subhanallah… Allah itu Maha Baik ya :)


Untuk dapat bertahan dengan kadar keimanan terbaik dalam lingkungan yang terburuk tentu memerlukan bekal diri yang cukup. Misalnya kita hendak berdakwah keluar zona nyaman kita, kita harus secara mandiri membekali diri, baik dari segi ilmu yang kita miliki maupun dari segi strategi dakwah itu sendiri. Pun kita juga harus berhati-hati, jangan sampai niatan awal kita mewarnai tapi karena bekal amunisi yang kurang dan persiapan diri yang tidak matang justru membuat kita terwarnai. Semua kembali kepada niatan awal kita, innamal a’malu bin niat..

Niatkan semuanya hanya karena dan untuk Allah Azza wa Jalla..


Selamat berjuang meningkatkan kadar keimanan dan istiqomah dalam keadaan terbaik iman.. karena kita tak tau kapan saat terakhir kita didunia. Persiapkan keadaan terbaik untuk menghadapNya :)

Don’t worry, Allah maha Melihat.. Ia tahu siapa saja hambaNya yang bersungguh-sungguh kembali kepadaNya..



Selamat berjuang para mujahid mujahaddah kecintaan Allah :)

Hammasah!

No comments:

Post a Comment