Iman adalah mutiara didalam hati manusia
Yang meyakini Allah Maha Esa Maha Kuasa
Ia tak dapat diwarisi dari seorang ayah yang bertaqwa
Ia tak dapat dijual beli
Ia tiada di tepian pantai
Walau apapun caranya jua
Engkau mendaki gunung yang tinggi
Engkau merentas lautan api
Namun tak dapat jua dimiliki, jika tidak kembali pada Allah
-Raihan
Iman adalah mutiara yang ada didalam hati
makhluk terbaik ciptaan Allah, manusia. Ia dapat pudar dapat pula berbinar
dengan cantiknya. Semakin sering kita mengulasnya maka ia akan semakin bening,
dan semakin kita mengabaikannya maka ia kan semakin mengusam. Keimanan
seseorang hanya Allah yang dapat mengukurnya. Sungguh tiada satupun makhluk
ciptaanNya yang dapat tau dan menilai dengan akurat kadar keimanan seorang
manusia. Kita mungkin terlalu sering menilai seseorang dari tampaknya saja,
kita menilainya dari ketampakannya di siang hari, tapi taukah kita apa yang
dilakukannya dimalam hari ? apa yang dilakukannya saat kita tengah tertidur
pulas? ya, sombong sekali kita jika kita mendahuluiNya dengan menilai seseorang
dari yang tampak didepan mata kita.
Bagai ombak dilautan, keimanan seseorang
pun ada pasang dan surutnya. Lantas bagaimana cara agar kadar keimanan kita
selalu dalam keadaan terbaiknya ?
Yang pertama adalah kita memiliki sahabat
atau teman yang baik yang senantiasa meningatkan kita saat kita mulai keluar
dari jalurNya. Dengan pemahaman yang baik darinya terhadap diri kita, tentu dia
akan mengingatkan kita dengan cara yang tak membuat kita menjauhinya.
Dalam
sebuah hadits Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang
peran dan dampak seorang teman dalam sabda beliau : “Permisalan
teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan
seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi,
atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap
mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan
apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau
asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
Itulah mengapa ada pepatah berkata bahwa kita boleh berteman dengan
siapa saja, tapi kita tak boleh salah dalam memilih sahabat. Karena sahabat
kita adalah gambaran diri kita, cerminan diri kita, seperti apa ketampakan kita
dapat dilihat dari seperti apa ketampakan sahabat kita
Rasulullah
shallallahu
‘alaihi wa sallam menjadikan teman sebagai patokan terhadap baik
dan buruknya agama seseorang. Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam memerintahkan kepada kita agar memilih teman dalam bergaul. Dalam sebuah
hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Agama
Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah
yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi,
dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)
Maka kita wajib hukumnya untuk selektif dalam hal memilih siapa yang
akan kita jadikan sahabat. Sahabat yang bukan sekedar mau bersenang-senang
saja, tapi sahabat yang juga memikirkan nasib kita dihadapanNya kelak.
Yang kedua adalah berada dalam lingkungan
yang baik. Dengan kita ada didalam lingkungan yang baik tentu kita akan dengan
mudahnya kembali ke keadaan semula, minimal kita tidak semakin jauh dalam hal
futur kita. Oleh sebab itu, selain kita harus berhati-hati dalam memilih
sahabat, kita harus berhati-hati pula dalam memilih suatu lingkungan. Ya memang
ada beberapa lingkungan yang kita terpaksa berada didalamnya, atau dalam kata
lain lingkungan tersebut adalah zona tidak aman bagi diri kita. Tapi harus kita
ingat kembali sebuah hadist yang menyatakan bahwa Allah bersama hambaNya yang
mengingatNya.
Yang ketiga adalah senantiasa mengingat
Allah. Jadi, dengan senantiasa mengingat Allah, baik dalam keadaan iman terbaik
kita maupun serendah-rendahnya keimanan kita, baik dalam zona kenyamanan kita
maupun zona diluar kenyamanan kita, hanya dengan mengingat Allah saja kita
sudah dengan sendirinya membuka jalan kembali ke rengkuhan kasih sayang dan
cintaNya.. :)
Tidak
berzikir akan mengakibatkan seseorang jadi orang yang rugi :
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan
anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat
demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” [QS Al Munaafiquun 63:9]
Allah
mengingat orang yang mengingatNya :
“Karena itu, ingatlah Aku, niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)-Ku.” [Al Baqarah:152]
Orang
yang beriman selalu ingat kepada Allah dalam berbagai keadaan :
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan
silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” [QS Ali
'Imran 3:190-191]
Dengan
berzikir hati menjadi tenteram.
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati
Allah-lah hati menjadi tenteram.” [QS 13:28]
Saat berada dalam iman tertinggi ingatlah Allah.. pun dalam keadaan
terburuknya iman, berusahalah menghadirkanNya dalam hati kita, karena
sesungguhnya Allah itu dekat, sangat dekat :)
Subhanallah… Allah itu Maha Baik ya :)
Untuk dapat bertahan dengan kadar keimanan
terbaik dalam lingkungan yang terburuk tentu memerlukan bekal diri yang cukup.
Misalnya kita hendak berdakwah keluar zona nyaman kita, kita harus secara
mandiri membekali diri, baik dari segi ilmu yang kita miliki maupun dari segi
strategi dakwah itu sendiri. Pun kita juga harus berhati-hati, jangan sampai
niatan awal kita mewarnai tapi karena bekal amunisi yang kurang dan persiapan
diri yang tidak matang justru membuat kita terwarnai. Semua kembali kepada
niatan awal kita, innamal a’malu bin niat..
Niatkan semuanya hanya karena dan untuk Allah Azza wa Jalla..
Selamat berjuang meningkatkan kadar keimanan dan istiqomah dalam
keadaan terbaik iman.. karena kita tak tau kapan saat terakhir kita didunia.
Persiapkan keadaan terbaik untuk menghadapNya :)
Don’t worry, Allah maha Melihat.. Ia tahu siapa saja hambaNya yang
bersungguh-sungguh kembali kepadaNya..
Selamat berjuang para mujahid mujahaddah kecintaan Allah :)
Hammasah!
No comments:
Post a Comment